Kekeringan di Kabupaten Cirebon Meluas

Kekeringan di wilayah Kabupaten Cirebon kini semakin luas, selain puluhan ribu hektare tanaman padi dan palawija terancam puso, krisis air bersih telah dirasakan warga desa di sejumlah kecamatan.


"Untuk mengisi air bersih kedalam sumur yang sudah mengering, kami harus mengeluarkan uang sembilan puluh ribu rupiah guna membeli air bersih untuk keperluan MCK selama dua pekan lebih," kata Ny. Salamah, warga Desa Guwa Kidul, Kecamatan Kaliwedi, Kamis (2/8).


Menurut dia, kemarau saat ini jauh lebih terasa dibandingkan tahun-tahun sebelumnya, karena selain tanaman padi tidak dapat pasokan air, air bersih sulit didapat juga bertepatan dengan datangnya Bulan Puasa.


Selain di wilayah Kecamatan Kaliwedi, sebagian wilayah Keamatan Arjawinangun, Gegesik, Susukan, Panguragan, Suranenggala, Kapetakan, Gunungjati, di wilayah timur seperti Astanajapura, Mundu, Pangenan, Gebang, Waled, Losari dan sekitarnya juga mengalami nasib serupa.


"Warga di sini sudah mulai mengantri air bersih bantuan dari PDAM Kabupaten Cirebon yang dibagikan kepada warga seara cuma-cuma," kata Kirno, asal Suranenggala.


Di wilayah timur sebuah bedungan di Desa Ambit Kecamatan Waled sudah tidak berair lagi. Beruntung, sebagian para petani di wilayah timur yang mayoritas menanam jagung berkreativitas dengan membuat sumur bor atau menggali lahan mereka hingga mendapatkan air untuk menyirami tanaman mereka.


Diperkirakan puluhan ribu hektare tanaman padi di wilayah Kabupaten Cirebon terancam puso akibat kekurangan air. Bahkan, sebanyak ribuan hektar di antaranya sudah dinyatakan puso. "Tanaman padi yang terancam puso kini mencapai belasan ribu hektar lebih, namun, yang sudah terkena puso sudah mencapai ribuan hektare," kata Kepala Dinas Pertanian Perkebunan Peternakan dan Kehutanan (Distanbunakhut) Kabupaten Cirebon, H. Ali Efendi.


Sementara itu, Wakil Ketua Komisi IV DPR RI, H. Herman Khaeron yang dihubungi lewat telefon berharap, bendung Jati Gede bisa dioperasikan tahun 2013 sehingga dapat mengairi sedikitnya 80 ribu hektare lahan sawah di wilayah Kabupaten Cirebon dan Indramayu. Hal ini merupakan salah satu solusi untuk mengatasi kekeringan di wilayah tersebut.


Disebutkan ada sekitar 8.866 hektare sawah yang tersebar di 34 kecamatan yang mengalami kekeringan di Cirebon dan berpotensi akan terjadinya puso. Terkait persoalan ini, Herman meminta pemerintah harus melakukan "emergency respons" apakah segera dilakukanpompanisasi, pengeboran air bawah tanah atau dengan cara membangun embung sehingga pada musim hujan bisa menampung air dan bisa dimanfaatkan pada musim kemarau.


Ditanya mengenai rencana pemerintah akan memberikan kompensasi terhadap petani yang lahan padinya mengalami puso, Herman mengatakan, biaya sebagai kompensasi tersebut nanti secara teknis ada pada Kementrian Pertanian, termasuk kriterianya apa saja. Kompensasi itu tentunya setelah dilakukan verivikasi terlebih dahulu.


Dijelaskan, yang dinyatakan puso itu diakibatkan perubahan iklim, seperti yang terkadi saat ini, pada bulan sekarang biasanya ketersediaan air masih cukup, namun kenyataannya sekarang sudah tidak ada. Baru separuh musim tanam sudah kekeringan. "Oleh karenanya perlu ada emergency respons dari pemerintah, dan ada sekitar 300 miliar dana yang dicadangkan untuk kompensasi lahan padi yang mengalami puso," kata Ketua DPP Partai Demokrat tersebut.


Herman menambahkan, jika terjadi kekeringan seperti sekarang dan mengalami puso diperkirakan akan mengganggu ketersediaan pangan. Namun, dari hasil panen sebelumnya yakni periode musim tanam September-April, dirinya yakin, masih cukup untuk memenuhi kebutuhan di Cirebon.(A-146/A-147)***


View the original article here


Category Article , , ,

What's on Your Mind...